UMKM Wajib Tahu! Cara Tepat Menghitung Margin Keuntungan

UMKM Wajib Tahu! Cara Tepat Menghitung Margin Keuntungan

Waktu membaca menit

Update Terakhir 23 Okt 2025

Banyak pelaku bisnis UMKM sering bingung saat harus menghitung margin keuntungan secara tepat. Padahal, memahami margin dengan benar bisa jadi kunci untuk tahu apakah bisnismu benar-benar untung, atau justru baru terlihat untung di atas kertas saja. Artikel ini akan membahasnya secara sederhana dan aplikatif.

Apa Itu Margin Keuntungan?

Margin adalah selisih antara pendapatan total (revenue) dan biaya produksi dari barang atau jasa yang kamu jual. Dalam istilah bisnis, margin keuntungan atau profit margin adalah persentase pendapatan yang tersisa setelah kamu membayar semua pengeluaran usaha. 

Semakin besar persentasenya, makin besar pula keuntungan yang benar-benar kamu kantongi dari hasil penjualan. 

Baca Juga: Biaya Admin Marketplace Bikin Boncos 2025? Coba Cara Ini!

Margin yang sehat menandakan bahwa bisnis kamu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi semua biaya dan masih menyisakan laba. Di sisi lain, margin juga membantu kamu menilai bagian mana dari bisnis yang efisien dan mana yang masih perlu dikendalikan biayanya. 

Tapi, kamu juga harus bisa membedakan margin keuntungan dan laba bersih (net profit). 

  • Laba bersih adalah jumlah keuntungan akhir setelah semua biaya dan pajak dikurangkan.
  • Margin keuntungan adalah rasio laba dibandingkan pendapatan, biasanya dalam bentuk persentase.

Baca Juga: Membuat Website Coffee Shop Kekinian: Panduan Lengkap!

Dengan kata lain, laba menunjukkan nominal keuntungan, sementara margin menunjukkan seberapa efisien bisnis kamu menghasilkan laba dari pendapatan tersebut.

Jenis-Jenis Margin Keuntungan

cara menghitung margin keuntungan

Ada tiga jenis margin keuntungan utama yang perlu kamu pahami agar bisa membaca kondisi bisnis dengan lebih akurat:

Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Jenis margin ini menunjukkan selisih antara pendapatan dan biaya pokok penjualan (HPP). Gross profit margin bisa membantu kamu menentukan harga jual produk, melihat efisiensi produksi, serta membandingkan performa bisnis dari waktu ke waktu.

Operating Profit Margin (Margin Laba Operasional)

Margin ini memperhitungkan biaya operasional seperti gaji, sewa tempat, hingga bahan baku, namun belum memasukkan pajak dan bunga.

Hasilnya menunjukkan seberapa efisien bisnis kamu menjalankan aktivitas sehari-hari. Investor biasanya melihat margin ini untuk menilai apakah bisnis layak dijadikan investasi.

Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Ini adalah rasio keuntungan setelah semua biaya, pajak, dan bunga dibayar. Margin bersih menggambarkan kondisi finansial paling realistis dari sebuah bisnis.

Cara Menghitung Margin Keuntungan (Contoh Kasus UMKM)

Rumus umum untuk menghitung margin keuntungan sangat sederhana:

Margin Keuntungan = (Laba / Pendapatan) × 100%

Untuk memperjelas, kita pakai contoh studi kasus dari bisnis fiktif bernama “Kopi Liverpool”, sebuah kedai kopi lokal yang sedang berkembang.

Kedai ini menjual berbagai menu kopi susu dan pastry ringan dengan konsep grab-and-go di kawasan perkantoran. Seperti kebanyakan UMKM, “Kopi Liverpool” masih mengelola keuangannya secara manual, sehingga pemiliknya, Rafi, ingin tahu apakah bisnisnya benar-benar menguntungkan atau sekadar ramai pembeli tapi tipis margin.

Berikut data keuangan bulan September:

  • Pendapatan total: Rp30.000.000
  • Biaya bahan baku (kopi, susu, gula, pastry): Rp10.000.000
  • Biaya operasional (gaji barista, sewa ruko, listrik, air): Rp8.000.000
  • Biaya pajak & administrasi: Rp2.000.000

Sekarang, mari kita menghitung margin keuntungan pada tiga jenis utamanya untuk melihat performa bisnis “Kopi Liverpool”.

#1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross profit margin menunjukkan seberapa besar keuntungan dari penjualan sebelum dikurangi biaya operasional.
Rumusnya:

Margin Laba Kotor = (Pendapatan – HPP) / Pendapatan × 100%

Jadi:
(30.000.000 – 10.000.000) / 30.000.000 × 100 = 66,6%

Artinya, dari setiap Rp10.000 penjualan, “Kopi Liverpool” menyisakan sekitar Rp6.600 setelah membayar bahan baku. Angka ini cukup baik untuk bisnis minuman karena rata-rata margin kotor di industri F&B berkisar 50–70%.

#2. Operating Profit Margin (Margin Laba Operasional)

Selanjutnya, mari kita lihat seberapa efisien kedai ini menjalankan operasional hariannya. Rumus:

Margin Laba Operasional = (Laba Operasional / Pendapatan) × 100%

Laba operasional = (Pendapatan – HPP – Biaya Operasional)
= 30.000.000 – 10.000.000 – 8.000.000 = Rp12.000.000

Maka:
(12.000.000 / 30.000.000) × 100 = 40%

Artinya, setelah menutup biaya sewa, gaji, dan utilitas, kedai ini masih menyisakan 40% dari pendapatan untuk keuntungan operasional dan cadangan biaya lain.

#3. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Terakhir, mari kita lihat kondisi keuntungan bersih setelah semua kewajiban dibayar, termasuk pajak dan administrasi.

Rumus:

Margin Laba Bersih = (Laba Bersih / Pendapatan) × 100%

Laba bersih = 12.000.000 – 2.000.000 = Rp10.000.000

Maka:
(10.000.000 / 30.000.000) × 100 = 33,3%

Dengan margin laba bersih sebesar 33,3%, bisa disimpulkan bahwa “Kopi Liverpool” tergolong sehat secara finansial.

Namun, hasil ini bukan berarti tanpa celah. Dari analisis margin tersebut, Rafi menyadari bahwa biaya bahan baku mendekati 33% dari total pendapatan. 

Artinya, masih ada ruang untuk efisiensi, misalnya dengan mencari pemasok biji kopi lokal yang lebih kompetitif atau menyesuaikan porsi minuman tanpa menurunkan kualitas rasa.

Kenapa Margin Keuntungan Penting?

Banyak pelaku bisnis UMKM hanya fokus pada omzet, padahal margin justru yang menentukan keberlangsungan usaha. Margin menunjukkan seberapa efektif kamu mengelola biaya dibandingkan pendapatan yang masuk.

Lewat analisis margin keuntungan, kamu bisa menilai tiga hal penting:

  1. Efisiensi Operasional
    Margin yang stabil atau meningkat menandakan biaya sudah terkendali dan strategi penjualan berjalan efektif.
  2. Daya Tarik bagi Investor dan Bank
    Saat kamu butuh modal tambahan, lembaga keuangan akan melihat margin untuk menilai kelayakan bisnis.
  3. Dasar Pengambilan Keputusan Strategis
    Dari margin, kamu bisa menentukan apakah perlu menaikkan harga, menekan biaya produksi, atau memperluas pasar.

Namun, apa sih yang disebut margin yang bagus? Jawabannya: tergantung industri.

  • Bisnis ritel biasanya punya margin tipis karena volume penjualan tinggi.
  • Produk premium atau jasa konsultasi justru bisa punya margin lebih besar meski volume penjualannya lebih kecil.

Selain jenis industri, ada juga beberapa faktor lain yang memengaruhi margin keuntungan, di antaranya:

  • Kondisi ekonomi: Inflasi atau kenaikan suku bunga bisa meningkatkan biaya operasional.
  • Lokasi bisnis: Sewa dan pajak di kota besar biasanya lebih tinggi.
  • Strategi harga: Menentukan harga jual terlalu rendah demi bersaing justru bisa menekan margin.

Karena itu, penting bagi pelaku bisnis UMKM untuk rutin memantau margin dan menyesuaikan strategi berdasarkan kondisi pasar.

Tips Meningkatkan Margin Keuntungan

cara menghitung margin keuntungan

Setelah tahu cara menghitung, pertanyaan berikutnya: bagaimana cara meningkatkannya? Berikut beberapa langkah cerdas yang bisa kamu terapkan di bisnis UMKM milikmu:

Kontrol Biaya Operasional

Evaluasi biaya rutin seperti langganan software, bahan baku, hingga ongkos kirim. Hapus yang tidak perlu, cari pemasok dengan harga lebih baik, dan pertimbangkan otomatisasi untuk efisiensi waktu dan tenaga.

Tingkatkan Efisiensi Operasional

Pelayanan yang cepat, tim yang terlatih, dan proses kerja yang rapi bisa memangkas biaya tersembunyi.

Kamu juga bisa memanfaatkan teknologi, misalnya, sistem kasir digital atau website pemesanan online, untuk menghemat waktu dan meningkatkan akurasi transaksi.

Optimalkan Strategi Harga

Jangan takut menyesuaikan harga sesuai nilai produkmu. Gunakan strategi seperti value-based pricing (berdasarkan nilai yang dirasakan pelanggan) atau dynamic pricing (menyesuaikan harga dengan permintaan dan musim).

Harga yang terlalu murah bisa menarik pelanggan, tapi bisa juga menekan margin dalam jangka panjang.

Manfaatkan Dunia Digital

Bisnis online memberi ruang margin lebih tinggi karena biaya operasional lebih rendah. Misalnya, dengan punya website sendiri, kamu bisa mengurangi ketergantungan pada marketplace dan menjaga kontrol penuh terhadap harga dan branding.

Kesimpulan

Mengelola margin keuntungan bukan sekadar menghitung angka di laporan keuangan. Ini tentang memahami seberapa efisien bisnismu berjalan dan bagaimana kamu bisa menumbuhkannya dengan sehat.

Kamu bisa mulai dari hal sederhana: catat setiap biaya, pahami margin tiap produk, dan buat keputusan berbasis data. Dengan begitu, kamu bisa menjaga profit tetap stabil meski kondisi pasar berubah.

Dan kalau kamu menjalankan bisnis online, faktor teknis juga ikut berpengaruh. Website yang sering lambat atau down bisa menurunkan potensi penjualan, yang akhirnya menggerus margin.

Dengan Hosting Unlimited dari IDwebhost, margin keuntungan bisnis online kamu bisa naik karena website selalu siap melayani pelanggan.