Jangan Sampai Bobol! Ini Cara Kilat Amankan Google Workspace
Kalau kamu sedang mencari cara mengamankan Google Workspace yang benar-benar efektif, sekarang waktu yang tepat. Setiap tahun, Cybersecurity Month selalu mengingatkan kita bahwa ancaman digital tidak menunggu siapa pun.
Meski kamu sudah mengaktifkan 2FA atau memblokir aplikasi mencurigakan, celah kecil tetap bisa jadi bencana. Banyak admin Google Workspace baru sadar setelah kejadian buruk terjadi, padahal sebagian besar masalah bisa dicegah dalam satu sore.
Di artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah praktis untuk memperkuat keamanan akun Workspace kamu agar tidak mudah dibobol, sekaligus memahami risiko yang sering luput dari perhatian.

- 1 Apakah Google Workspace Itu Aman?
- 2 Risiko Keamanan yang Umum Terjadi di Google Workspace
- 3 Dampak dari Risiko Keamanan Google Workspace
- 4 10 Praktik Terbaik Keamanan Google Workspace
- 4.1 #1. Batasi Public Sharing
- 4.2 #2. Batasi Organization-Wide Sharing
- 4.3 #3. Aktifkan AI Data Classification Labels
- 4.4 #4. Pahami Keterbatasan Google DLP
- 4.5 #5. Lakukan Historical Remediation
- 4.6 #6. Awasi Perilaku Pengguna
- 4.7 #7. Libatkan End User
- 4.8 #8. Kelola Aplikasi Terhubung
- 4.9 #9. Jaga Konfigurasi Admin Tetap Konsisten
- 4.10 #10. Terapkan Multi-Factor Authentication (MFA)
- 5 Kesimpulan
Apakah Google Workspace Itu Aman?
Secara default, keamanan Google Workspace sudah berada di level yang cukup kuat. Google membekali platform ini dengan filter spam yang cerdas, deteksi phising berbasis machine learning, hingga enkripsi kuat untuk data yang sedang dikirim maupun yang tersimpan.
Fitur autentikasi dua langkah (two-factor authentication/2FA) juga membantu menghentikan sebagian besar percobaan login ilegal, terutama yang memanfaatkan password curian. Jadi, fondasinya sudah solid.
Baca Juga: Pemulihan Akun Gmail 2025: Cara Jitu Tanpa Nomor HP & Email!
Tapi ingat: Google memakai model “shared responsibility”. Artinya, Google bertanggung jawab menyediakan infrastruktur yang aman, sedangkan kamu bertanggung jawab mengamankan cara pemakaiannya.
Beberapa hal yang wajib kamu kelola sendiri meliputi:
- Membuat dan mengelola password yang kuat serta tidak digunakan berulang.
- Meninjau ulang izin berbagi file, terutama untuk dokumen sensitif.
- Tetap waspada terhadap potensi phising, bahkan jika email tampak “resmi”.
- Menjalankan kebijakan kepatuhan seperti DLP (data loss prevention) dan pengaturan akses.
Dengan kata lain, fitur bawaan Google memang membantu, tetapi tidak secara otomatis membuat Workspace kebal terhadap ancaman. Ada langkah-langkah tambahan yang tetap perlu kamu awasi dan lakukan secara berkala.
Baca Juga: Tutorial: Cara Menambah Akun Email di Google Workspace
Risiko Keamanan yang Umum Terjadi di Google Workspace

Meski Google Workspace punya fondasi keamanan yang solid, ancaman digital berkembang jauh lebih cepat. Banyak celah muncul dari hal-hal sepele yang sering kamu abaikan, dan di sinilah risiko serius biasanya bermula.
Phising dan Social Engineering
Menurut Egress Email Security Risk Report 2024, 94% organisasi pernah jadi korban phising. Serangan ini menyasar manusia, bukan sistem. Korbanmu bisa siapa saja: karyawan baru, staf senior, bahkan admin.
Begitu seseorang terpancing mengklik link palsu atau memasukkan password ke halaman login tiruan, akun Google Workspace bisa langsung jatuh ke tangan peretas.
Konektivitas Perangkat yang Tidak Terkelola
Sekitar 60% endpoint organisasi adalah perangkat mobile, dan lebih dari 70 juta smartphone hilang setiap tahun. Hanya 7% yang kembali.
Artinya, satu ponsel yang hilang bisa menjadi pintu masuk ke seluruh ekosistem Google Workspace kamu.
Banyaknya Akun dan Layanan Cloud
Rata-rata perusahaan memakai 1.295 layanan cloud. Setiap layanan butuh akses tertentu, menambah “permukaan serangan”. Semakin banyak akun, apalagi tanpa pengaturan akses yang ketat, semakin besar risiko penyusup masuk.
Masalah Enkripsi
Meski enkripsi itu penting, hanya 42% organisasi yang menggunakan enkripsi untuk melindungi data pelanggan. Tanpa perlindungan ekstra, data sensitif lebih mudah disadap atau dicuri.
Integrasi Aplikasi Pihak Ketiga
Integrasi pihak ketiga memang praktis, tapi juga sering jadi jalur kebocoran data. Tahun 2024 saja, ada kasus besar di Change Healthcare, Bank of America, hingga American Express yang berawal dari celah aplikasi pihak ketiga.
Setiap aplikasi tambahan adalah potensi pintu baru bagi penyerang.
Dampak dari Risiko Keamanan Google Workspace
Setelah kamu melihat bagaimana celah kecil bisa berubah menjadi titik lemah, sekarang penting untuk memahami apa yang sebenarnya dipertaruhkan.
Mengetahui jenis risikonya saja belum cukup, memahami konsekuensinya justru membantu kamu melihat urgensi untuk bertindak lebih cepat dan terarah.
- Dampak Kebocoran Data
Biaya rata-rata kebocoran data global tahun 2023 mencapai USD 4,45 juta. Angka ini termasuk biaya pemulihan, kehilangan bisnis, gangguan operasional, dan denda. - Dampak Hukum dan Regulasi
Pelanggaraan GDPR, misalnya, bisa menghasilkan denda jutaan dolar. Ketidakpatuhan bukan hanya memalukan, tapi benar-benar berbahaya secara finansial. - Kerugian Reputasi
Studi menunjukkan 66% konsumen tidak akan percaya lagi pada perusahaan yang pernah bocor datanya. Sekali reputasi ternoda, butuh bertahun-tahun untuk memulihkannya.
10 Praktik Terbaik Keamanan Google Workspace
Langkah selanjutnya, memastikan lingkungan Google Workspace benar-benar siap menghadapi ancaman yang terus berkembang. Menjelang 2026, kamu bisa mulai memperkuat keamanan dengan 10 praktik berikut.
Semuanya bisa diterapkan secara bertahap, tetap praktis, dan memberi dampak nyata pada keamanan Google Workspace yang kamu kelola.
#1. Batasi Public Sharing
Banyak tim tidak sadar bahwa file yang dibagikan secara publik bisa diakses siapa saja yang memiliki link. Faktanya, rata-rata perusahaan mid-market punya 35.000 file sensitif yang dibagikan secara publik.
Untuk menghindari kebocoran data, batasi opsi “Anyone with the link” dan dorong pengguna lebih berhati-hati.
Solusi yang lebih aman:
- Terapkan expired link otomatis
- Minta alasan jelas sebelum file dibagikan publik
- Aktifkan notifikasi untuk public sharing
#2. Batasi Organization-Wide Sharing
Berbagi ke seluruh organisasi tidak selalu aman karena informasi sensitif bisa berpindah tanpa disadari. Susun ulang struktur Workspace agar akses lebih terkontrol.
Atur ulang struktur Workspace:
- Buat group berbasis departemen.
- Gunakan sharing default yang paling minimal.
- Implementasikan kebijakan DLP yang lebih detail.
#3. Aktifkan AI Data Classification Labels
Fitur AI dari Google membantu memberi label otomatis pada file seperti PII atau data sensitif lainnya. Meski tidak selalu akurat, AI ini memperluas jangkauan pengawasan tanpa beban manual yang besar.
Cocok untuk:
- Organisasi dengan banyak file sensitif.
- Tim yang butuh klasifikasi cepat.
#4. Pahami Keterbatasan Google DLP
Google DLP hanya memindai 1MB pertama dan tidak membaca audio/video. Kadang update aturan juga memakan waktu. Mengetahui batasannya membuat kamu tidak merasa aman palsu.
Untuk perlindungan komprehensif, banyak perusahaan memakai solusi tambahan seperti DoControl. Solusi ini biasanya digunakan untuk mengantisipasi:
- Format file yang tidak didukung
- Keterlambatan scanning setelah aturan baru diterapkan
#5. Lakukan Historical Remediation
File lama sering terbengkalai dan justru berisiko tinggi. Karena Google tidak menyediakan pembersihan massal, alat pihak ketiga bisa membantu merapikan ribuan file secara cepat dan aman.
#6. Awasi Perilaku Pengguna
Aktivitas tidak wajar seperti download besar atau berbagi ke email pribadi wajib diwaspadai. Ini sering menjadi indikator ancaman internal.
Waspadai perubahan perilaku:
- Aktivitas download file tidak biasa
- Berbagi file ke Gmail pribadi
- Konsumsi data mencurigakan
Ini penting untuk mendeteksi ancaman internal sejak dini.
#7. Libatkan End User

Libatkan pengguna dalam tindakan perbaikan saat mereka melakukan kesalahan, misalnya saat mencoba membagikan file sensitif. Cara ini lebih efektif daripada edukasi satu arah.
#8. Kelola Aplikasi Terhubung
Aplikasi pihak ketiga bisa memiliki izin luas meski sudah tidak digunakan. Audit izin secara berkala untuk mencegah kebocoran data.
Pastikan:
- Aplikasi yang tidak lagi digunakan dicabut izinnya.
- Aplikasi hanya memiliki permission minimal.
- Token OAuth lama dihapus.
#9. Jaga Konfigurasi Admin Tetap Konsisten
Konfigurasi keamanan bisa berubah tanpa disadari. Bandingkan pengaturan dengan standar seperti CIS dan gunakan pemantauan otomatis untuk mencegah perubahan tidak sengaja.
#10. Terapkan Multi-Factor Authentication (MFA)
Ini langkah paling mudah dan paling berdampak. MFA menahan hampir seluruh upaya pembobolan berbasis password. Ini langkah sederhana yang memperkuat cybersecurity dan memenuhi standar regulasi modern.
Selain meningkatkan cybersecurity, MFA juga menjadi syarat banyak regulasi (ISO, SOC2, GDPR).
Kesimpulan
Mengamankan Google Workspace bukan soal paranoia, tapi soal menjaga operasional bisnis tetap berjalan tanpa gangguan.
Dengan memahami risiko dan menerapkan langkah-langkah praktis di atas, kamu bisa memperkuat keamanan Google Workspace secara signifikan, bahkan sebelum memasuki tahun 2026.
Jika kamu butuh solusi Workspace yang lebih stabil, aman, dan siap dipakai untuk kebutuhan bisnis, IDwebhost menyediakan layanan Google Workspace resmi dengan dukungan teknis berpengalaman yang siap membantu kapan saja.