Strategi B2B Email Marketing Ini Masih Ampuh di 2025, Simak!
Pernah dengar anggapan kalau email marketing di dunia business-to-business (B2B) itu sudah mati? Banyak yang mengira begitu. Tapi kenyataannya, justru di 2025 ini, strategi B2B email marketing tetap menjadi ujung tombak dalam dunia digital marketing — asalkan tahu cara memainkannya.
Di tengah serbuan AI dan teknologi canggih, email bisnis yang dikirim dengan pendekatan yang tepat masih bisa memperkuat relasi dan menggerakkan keputusan. Jadi, pertanyaannya sekarang: masih relevankah B2B email marketing di 2025?
Apakah B2B Email Marketing Masih Efektif di 2025?
Jawabannya: iya, tapi tidak dengan cara lama. Artinya, yang sudah tidak efektif itu bukan email marketing-nya, tapi cara lama dalam melakukannya.
Banyak perusahaan B2B masih menganggap email marketing hanya sekadar kotak centang: kirim konten, nurture leads, selesai. Pola lama seperti terlalu bergantung pada template, bahasa yang terlalu formal, atau fokus hanya pada CTR (click-through rate) tanpa memperhatikan konteks, malah bikin audiens kelelahan.
Baca Juga: Strategi SEO B2B 2025: Cara Jitu Raup Traffic & Leads!
Faktanya, berdasarkan riset terbaru di Stripo, hanya 8% pemasar B2B yang merasa punya teknologi email marketing yang benar-benar mutakhir. Artinya, sebagian besar masih tertinggal dari segi alat dan strategi.
Di sisi lain, penggunaan AI dan automation makin meningkat. Pada 2025, 57% pemasar B2B sudah mengadopsi AI, lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2022.
Teknologi ini mempercepat pekerjaan, meningkatkan akurasi, dan memperluas jangkauan. Tapi tetap saja, teknologi tanpa strategi yang manusiawi hasilnya nihil.
Jadi, kuncinya bukan lagi pada seberapa canggih software kamu, tapi apakah email yang kamu kirim bisa membuat orang merasa engaged dengan bisnismu.
Baca Juga: Instagram Marketing B2B: Strategi Efektif Tingkatkan Brand
Kesalahan B2B Email Marketing yang Sering Terjadi
Di sinilah letak masalah utamanya. Banyak strategi yang dipakai masih bertumpu pada pendekatan yang too safe dan tidak relevan lagi dengan kebiasaan audiens saat ini.
Beberapa kesalahan umum yang masih sering terjadi di 2025:
- Terlalu template-heavy: Semua email terasa seragam dan kaku. Tidak ada diferensiasi antar brand.
- Fokus ke angka, bukan engagement: Banyak tim marketing hanya mengejar open rate atau CTR, tanpa tahu apakah email itu benar-benar membangun engagement.
- Minim empati dan personalisasi: Email terasa seperti siaran massal, bukan percakapan yang manusiawi.
- Tidak memanfaatkan data dengan cerdas: Banyak marketer punya data, tapi tidak tahu cara menggunakannya untuk membuat konten yang lebih relevan dan kontekstual.
Padahal, di era di mana atensi adalah mata uang, email yang terlalu “aman” justru membuat brand kamu cepat dilupakan.
6 Strategi B2B Email Marketing yang Masih Ampuh di 2025
Agar email kamu tak sekadar jadi spam yang di-skip, yuk simak enam strategi B2B email marketing 2025 yang benar-benar relevan dan terbukti mampu membangun engagement yang berarti.
#1. Bangun Filosofi, Bukan Sekadar Kalender Konten
Kamu mungkin pernah berpikir, “Asal rutin kirim email tiap minggu, beres.” Tapi sebenarnya, pola pikir ini yang bikin email bisnis kamu hambar. Konten yang dikirim tanpa tujuan emosional atau intelektual hanya akan jadi background noise di inbox penerima.
Bandingkan dua pendekatan ini:
- Email A: “Berikut promo produk terbaru kami minggu ini.”
- Email B: “Pernahkah kamu kesulitan meningkatkan retensi pelanggan? Ini strategi yang berhasil kami uji sendiri.”
Email B jelas lebih menggugah dan terasa personal.
Setiap email idealnya:
- Mengajarkan insight baru atau pemahaman yang tidak banyak orang tahu,
- Menyampaikan hal yang tidak bisa ditemukan di blog atau iklan biasa,
- Menyentuh sisi emosional pembaca—bisa soal ambisi, tantangan, atau rasa ingin tahu mereka.
Mulai ubah mindset: kamu bukan sedang menulis laporan mingguan, tapi sedang membangun kepercayaan.
#2. Anggap Inbox Sebagai Panggung, Bukan Corong Penjualan
Inbox audiens bukan tempat untuk berteriak soal diskon atau fitur terbaru terus-menerus. Di 2025, pendekatan seperti “No Pitch Thursday” terbukti lebih efektif.
Email tanpa hard-selling atau promosi, hanya berisi konten bernilai dan reflektif. Kampanye seperti ini meningkatkan open rate hingga 45%.
Apa artinya buat kamu? Mulailah variasikan email. Misalnya:
- Hari Senin: insight praktis dari tren industri,
- Hari Kamis: cerita kegagalan dan pembelajaran internal (yang jujur),
- Hari Jumat: baru CTA atau penawaran ringan.
Dengan strategi ini, email kamu terasa seperti percakapan, bukan iklan.
#3. Sorot Audiens, Bukan Hanya Produk
Banyak marketer terlalu sibuk menonjolkan fitur atau performa produk. Padahal, yang audiens B2B ingin tahu adalah: apa dampaknya buat saya dan bisnis saya?
Contoh praktis:
Alih-alih berkata,
“Platform kami punya integrasi API tercepat di pasar,”
coba ubah menjadi:
“Kami bantu salah satu klien otomotif mempercepat proses onboarding partner baru dari 5 hari menjadi 1 hari, berkat integrasi API.”
Gunakan cerita nyata, kutipan dari pelanggan, atau insight unik dari audiens kamu sendiri. Ini bukan hanya membangun koneksi, tapi juga membangun trust yang sangat berharga dalam sales funnel.
#4. Gunakan Prediksi, Bukan Sekadar Data
Kamu mungkin tahu seberapa tinggi atau rendah CTR (click-rate) email kamu minggu lalu. Tapi apakah kamu tahu kapan audiens kamu mulai bosan?
Mulailah kembangkan metrik seperti “Attention Loss Index”: indikator kapan subscriber tidak lagi aktif membaca atau mengklik konten kamu.
Dengan data itu, kamu bisa menyusun ulang strategi—mengganti format, menyesuaikan nada bicara, atau bahkan jeda sejenak untuk tidak mengirim email.
Segmentasi juga wajib hukumnya. Untuk pasar B2B, kamu bisa bagi audiens berdasarkan:
- Firmographics: ukuran perusahaan, industri,
- Decision-makers: direktur, manajer, CTO, dll,
- Pain points: tantangan yang mereka hadapi,
- Readiness to buy: seberapa besar urgensinya.
Dengan data ini, kamu tak lagi menebak-nebak, tapi benar-benar mengirim email yang sesuai konteks dan kebutuhan mereka.
#5. Buat Subject Line yang Punya Nilai Langsung
Subject line adalah detik pertama yang menentukan open rate email marketing kamu: dibuka atau di-skip.
Contoh subject line yang langsung terasa nilainya:
- “3 Cara Baru Mempercepat Sales Cycle Kamu”
- “Mengapa 70% Email Kamu Tidak Pernah Dibuka?”
- “Checklist B2B Marketing untuk Q3 – Lengkap + Gratis”
Tips tambahan:
- Gunakan kata “kamu” untuk kesan personal,
- Hindari kata-kata bombastis seperti “TEROBOSAN!!!”,
- Pertimbangkan pakai A/B testing untuk subjek—sebagian besar platform email hosting mendukung fitur ini.
Menurut data, personalized subject line bisa menaikkan open rate hingga 26%. Jadi, waktu membuat email, jangan anggap subjek sebagai detail kecil. Justru di sinilah pertarungan dimulai.
#6. Kirim Welcome Email yang Berkesan
Welcome email bukan cuma formalitas. Ini kesempatan membentuk persepsi pertama. Bayangkan kamu mendaftar ke layanan baru, lalu menerima email seperti ini:
Subjek: “Terima kasih sudah bergabung, Ade! Ini langkah pertama yang bisa kamu ambil.”
Isi: Kami tahu kamu sibuk. Jadi kami siapkan 3 resource penting untuk bantu kamu mulai lebih cepat:
- Ebook “Strategi Konten B2B 2025”
- Panduan onboarding
- Akses demo produk (tanpa sales call)
Email seperti ini terasa personal, efisien, dan memberdayakan.
Coba hindari email welcome yang hanya bilang “Terima kasih sudah mendaftar.” Itu tidak cukup.
Berikan nilai sejak awal—baik berupa edukasi, akses, atau solusi kecil. Karena ketika kamu berhasil memberikan kesan pertama yang kuat, kemungkinan mereka membuka email-email kamu selanjutnya jauh lebih besar.
Kesimpulan
Email marketing B2B di tahun 2025 bukan mati, tapi berevolusi. Yang mati adalah email-email template tanpa jiwa, yang sekadar dikirim untuk memenuhi target. Tahun 2025 adalah eranya email yang berani, personal, dan bernilai.
Kalau kamu ingin strategi B2B email marketing 2025 kamu makin solid, pastikan kamu tidak hanya mengandalkan konten, tapi juga infrastruktur yang mendukung.
Salah satunya adalah dengan menggunakan layanan Email Hosting dari IDwebhost. Dengan email bisnis yang profesional dan aman, kamu bisa membangun kredibilitas sekaligus menjaga komunikasi yang efektif dengan klien bisnis kamu.
Coba sekarang dan rasakan perbedaannya.