Peluang Software Open Source Untuk 2019
Contents
Apa itu Open Source?
Software Open Source adalah software yang menampilkan source code-nya supaya dapat dilihat orang lain. User atau pengguna memiliki kesempatan untuk melihat dan belajar cara kerja sebuah sistem. Hal ini menjadikan user bebas untuk mengcopy, mengadopsi, memodifikasi, mendistribusikan, dan mengembangkannya sendiri supaya menjadi lebih baik.
Software Open Source sangat ditunjang keberadaannya oleh perangkat internet. User dapat mengunduhnya secara free atau gratis, lalu mengedit atau memperbaikinya jika terdapat kekurangan atau penambahan fitur, kemudian user dapat mengunggah lagi ke internet sehingga dapat diakses oleh semua orang, untuk tujuan apapun.
Open source dapat diterapkan di berbagai bidang, misalnya seperti sistem operasi komputer (OS), editing foto, editing video atau audio, pemutar musik atau multimedia, dan sebagainya. Salah satu sistem operasi yang terkenal dengan software Open Source-nya adalah Linux.
Mari kita perjelas dengan sebuah analogi
Open Source
Anda membuat tema untuk toko online lalu dibagikan ke teman kantor. Orang pertama menanyakan cara membuat tema kepada Anda, orang kedua memberi input kalau tema Anda terlalu mencolok. Orang ketiga mau dibagikan juga tema Sahabat IDwebhost di kemudian hari. Itulah open source, siapapun bebas menggunakannya. Lalu kebalikan dari software open source adalah close source.
Close Source
Anda membeli tema toko online dari seorang developer dengan mentrasnfer sejumlah uang kepadanya. Developer tersebut tidak membocorkan cara membuat tema kepada Anda. Jika Anda menginginkan tema itu lagi, Anda harus mengunjungi website si developer tadi. Jika suatu saat Anda membuat salinan utuh tema milik developer tersebut lalu menjualnya atas nama Anda, developer tersebut dapat melayangkan tuntutan kepada Anda.
Lalu Apa Alasan Orang Meng-Gratiskan Hasil Karyanya?
Alasannya adalah Seorang developer atau pengembang yang membuat proyek Open Source dapat bertemu lalu membangun relasi dengan pengembang lainnya ketika menghadapi masalah yang sama.
Selain itu, alasan sebuah organisasi membuat proyek Open Source yaitu :
- Kolaborasi
Karena source code-nya bisa dilihat oleh siapapun, proyek Open Source dapat menerima perubahan dan modifikasi apapun dari orang seluruh dunia yang menggunakannya. Pengembangan software open source tersebut akan terus menerus terjadi selama ada yang menggunakannya. - Adopsi
Semua orang dapat memanfaatkan dan menggunakan proyek Open Source untuk segala keperluan mereka, termasuk untuk menciptakan proyek lainnya dari software open source tersebut. - Transparansi
Di beberapa negara khususnya pada sektor pemerintahan, transparansi merupakan hal yang utama. Seperti misalnya dalam bidang perbankan, kesehatan, sampai software keamanan. Siapapun orang dapat menginvestigasi sistem yang salah atau tidak berjalan seperti seharusnya.
Open Source Bebas Biaya
Software dengan sistem Open Source ini bebas biaya atau gratis. Namun bukan berarti software tersebut tidak berkualitas dan kalah dari Close Source atau yang berbayar. Sudah banyak sekali software dengan lisensi Open Source yang populer yang tersebar di internet. Bebas biaya, bukan berarti Anda tidak dapat Menghasilkan uang dari Open Source ini. Uang tetap bisa dihasilkan dari Lisensi ganda atau fitur tambahan, namun tetap tidak melanggar aturan dari definisi resmi dari Open Source.
Baca Juga : Apa Itu Lisensi Open Source
Contoh software Lisensi Open Source :
- Operating System (OS) : Linux, Free BSD, CentOS
- Web Application (CMS) : Joomla, WordPress, Drupal
- Programming atau Bahasa Pemrograman : PHP, Java, NodeJS
- Management Basis Data (Database) : MySQL, PostgreSQL
- Multimedia : GIMP, Audacity, VideoLAN, Mplayer
- dan sebagainya.
Baik, sekarang kita beralih ke koran tempo yang telah terbit pada 24 november 2018 lalu. berikut artikelnya yang berisi mengenai peluang open source di tahun 2019.
Software Open Source Jadi Peluang Untuk Wujudkan Kedaulatan Digital
Perangkat lunak atau software open source saat ini masih menjadi alternatif yang menarik untuk menghadapi penetrasi software komersial berlisensi yang terus memonopoli pasar.
“Padahal monopoli software komersial berlisensi ini adalah kegiatan yang kontra produktif, terutama dalam model pasar yang bebas,” kata pakar teknologi informasi dan juga CEO PT. Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang, di sela kampanye pemakaian software open source pada sejumlah kampus di Yogya Sabtu 24 November 2018.
Sofware Berbayar Menimbulkan Persaingan Tak Sehat
Julyanto berkata bahwa monopoli software komersial berlisensi selama ini akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Imbasnya, efisiensi menjadi rendah serta hampir tidak ada ruang negosiasi untuk dapat mengefisienkan biaya dan meningkatkan layanan. Karena itu, untuk melawan monopoli software tersebut, semakin banyak bermunculan komunitas gerakan open source yang mengusung semangat untuk berbagi, demi menolak cara lisensi software berbayar yang cenderung memberatkan usernya.
“Pertumbuhan software open source telah memberi udara segar dengan memungkinkan penggunaan software legal tanpa biaya lisensi,” kata Julyanto yang melalui lawatan ke Yogya saat menggelar kampanye software open source di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Menurut dia, keuntungan memakai software open source adalah kemandirian. Tidak ada ketergantungan, paksaan, ataupun kepasrahan karena tidak memiliki pilihan. Dengan kata lain, kata Julyanto, sofware open source telah memberikan kebebasan, kejujuran, pilihan, dan kemerdekaan, tanpa ada ketergantungan terhadap developer. Terlebih, saat ini sofware open source mulai menjadi solusi alternatif di banyak inftastruktur teknologi informasi serta memberikan keuntungan lebih baik.
“Software open source menjadi jawaban dari ketimpangan sistem lisensi software yang cenderung kurang adil dan bersifat kapitalistik,” ujar konsultan software open source PostgreSQL dan Linux itu.
Masa Depan Open Source
Julyanto menambahkan masa depan software open source juga sangat prospektif pada era revolusi industri 4.0 saat ini. Mengingat revolusi industri dunia dari versi pertama sampai sekarang juga dimotori seorang technopreneur yang selama ini telah bekerja menciptakan berbagai aplikasi otomatisasi lewat berbagai software open source. Dengan kata lain, terjadinya revolusi industri hanya dapat terjadi dengan bantuan software berbasis open source.
“Misalnya, saat ini semua startup hanya mau menggunakan soft open source karena murah, jadi pembuat tak rugi ketika membuatnya,” katanya.
Julyanto berkata, saat ini juga sejumlah perusahaan besar seperti manufaktur dan perbankan, mulai berangsur berpindah ke software open source demi efisiensi produksinya. Penghematan dari pergantian dari software berbayar berlisensi ke open source ini, bisa menghemat ratusan juta hingga miliaran rupiah. Terutama pada fungsi vital seperti penataan manajemen database perusahaan.
Seringkali juga, software lisensi berbayar membuat pemakai repot ketika muncul masalah, dimana masalah itu hanya dapat di atasi oleh perusahaan pemegang lisensi. Sebab yang mengetahui letak masalah dari software tersebut hanya pemilik lisensi. Ini membuat biaya pemeliharaan software berlisensi itu mahal.
“Berbeda dengan open source yang arsitektur softwarenya transparan dan bisa diketahui pengguna, jika ada masalah bisa ditangani sendiri, atau pihak yang sudah dilatih,” katanya. Kampanye pemakaian software open source ini sudah dilakukan ke lima kota seperti Malang, Kediri, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta. Serta telah menjangkau 25 kampus.
Julyanto berkata tujuan akhir kampanyenya tentang pemakaian open source untuk mendorong semakin banyak munculnya technopreneur ahli yang mampu bersaing di masa mendatang. Mengingat semakin besarnya kebutuhan pekerjaan di bidang teknologi informasi serta semakin tumbuh suburnya perusahaan startup teknologi serta e-commerce.