Podman atau Docker? Yuk Bedah Tools Kontainerisasi Populer!

Podman atau Docker? Yuk Bedah Tools Kontainerisasi Populer!

Waktu membaca menit

Kategori VPS

Update Terakhir 19 Agu 2025

Ketika membahas Podman atau Docker, banyak developer bertanya-tanya mana yang lebih tepat digunakan sebagai tools kontainerisasi untuk mendukung framework terbaik di 2025. Artikel ini akan membedah keduanya agar kamu bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan kebutuhanmu.

Sekilas tentang Kontainerisasi

Sebelum kita masuk ke topik utama “perbandingan Podman vs Docker”, mari mundur sedikit ke konsep dasar kontainerisasi. 

Kontainer bisa diibaratkan sebagai paket mandiri yang berisi aplikasi lengkap dengan kode, library, dependensi, sampai pengaturan runtime. Dengan cara ini, aplikasi bisa berjalan konsisten di berbagai lingkungan, mulai dari laptop developer sampai server produksi. 

Baca Juga: Top 7 Alat Docker Container untuk Produktivitas di 2025

Kenapa kontainerisasi jadi populer? Karena container bersifat ringan, portabel, dan aman. Kamu bisa memindahkan aplikasi dari Linux ke Windows tanpa takut error aneh. Itulah mengapa kontainerisasi kini jadi fondasi utama DevOps modern. 

Beberapa teknologi populer dalam dunia ini adalah Docker, Docker Swarm, Kubernetes, hingga Nomad. Masing-masing punya fungsi sendiri, tapi untuk urusan menjalankan kontainer sehari-hari, dua nama paling sering muncul tentu saja Podman dan Docker.

Baca Juga: Perbedaan Docker vs Kubernetes, Bisakah Digunakan Bersama?

Apa Itu Podman?

podman atau docker

Podman (Pod Manager) adalah tools kontainerisasi berbasis open-source yang dikembangkan Red Hat. Sejak awal, Podman dirancang sesuai standar Open Container Initiative (OCI) dan dikenal sebagai solusi “daemonless”. 

Artinya, Podman tidak tergantung pada daemon yang berjalan di latar belakang (backend), melainkan mengeksekusi kontainer langsung sebagai proses anak dari user. 

Keunggulan ini memberi keuntungan besar dari sisi keamanan, terutama karena Podman mendukung mode rootless secara default. Jadi, kamu bisa menjalankan kontainer tanpa harus memberi hak akses root pada sistem. 

Selain Podman itu sendiri, ada ekosistem tools lain yang bisa mendukung pengelolaan kontainer, seperti:

  • Buildah untuk membangun image.
  • Skopeo untuk memeriksa dan mengelola image kontainer.
  • Runc & crun runtime kontainer dengan kontrol lebih fleksibel.

Uniknya, Podman juga punya fitur “pod”, yang mirip dengan Kubernetes. Kamu bisa mengelompokkan beberapa kontainer dalam satu unit kerja, misalnya frontend, backend, dan database, dan mengekspornya ke file YAML yang kompatibel dengan Kubernetes. 

Integrasi Podman dengan systemd di Linux juga semakin kuat sejak 2024, memudahkan developer untuk menjalankan kontainer sebagai service jangka panjang. Ini menegaskan posisi Podman sebagai alternatif serius sekaligus pelengkap Docker di level enterprise.

Apa Itu Docker?

Kalau Podman masih sering dianggap “pendatang baru”, Docker adalah pionir di dunia kontainer modern. Sejak 2013, Docker menjadi standar de facto dalam menjalankan aplikasi berbasis kontainer.

Berbeda dengan Podman, Docker menggunakan arsitektur berbasis daemon. Jadi setiap perintah yang kamu jalankan di CLI akan diteruskan ke Docker daemon, lalu dieksekusi. Model ini membuat pengelolaan kontainer lebih terpusat, tapi juga membawa risiko keamanan jika daemon memiliki akses root.

Docker juga menawarkan banyak fitur tambahan:

  • Docker Swarm untuk clustering dan scaling.
  • Docker Compose untuk menjalankan multi-kontainer dengan file konfigurasi sederhana.
  • Docker Desktop yang terintegrasi dengan berbagai ekstensi keamanan dan CI/CD.

Namun, ada catatan penting. Sejak akhir 2023, Docker mengubah model lisensinya. Docker Desktop kini berbayar untuk perusahaan besar, membuat sebagian tim IT mulai mempertimbangkan alternatif seperti Podman.

Perbedaan Utama Podman vs Docker

Sekarang mari kita bandingkan keduanya berdasarkan beberapa aspek penting:

#1. Arsitektur

Apa perbedaan paling mendasar antara Podman vs Docker? Tentunya, ada pada arsitekturnya. Podman adalah tools kontainerisasi yang berjalan tanpa daemon. Setiap perintah yang kamu jalankan langsung diproses oleh sistem, sehingga lebih sederhana dan minim risiko ketika daemon bermasalah. 

Sebaliknya, Docker adalah platform berbasis daemon. Semua perintah dikirim ke Docker daemon sebelum dieksekusi, yang membuat pengelolaan lebih terpusat namun menambah lapisan potensi kegagalan.

#2. Rootless & Keamanan

Dalam hal keamanan, Podman unggul karena rootless mode diaktifkan secara default. Artinya, kontainer bisa berjalan tanpa harus memberikan akses root penuh ke sistem. 

Sementara itu, Docker juga sudah mendukung rootless mode, tetapi pengaturannya lebih rumit. Bagi environment yang sangat sensitif, ini bisa jadi faktor penting.

#3. Pembuatan Image

Docker memakai BuildKit untuk membangun image dengan cepat, sedangkan Podman menggunakan Buildah. Keduanya menghasilkan image yang kompatibel dengan standar OCI, jadi workflow tetap aman. 

Podman mendukung file Containerfile, tapi masih bisa membaca Dockerfile yang umum digunakan developer.

#4. Desktop Interface

Jika kamu butuh antarmuka grafis, Docker Desktop menawarkan fitur lengkap termasuk scanner keamanan, meski sebagian fiturnya kini berbayar untuk perusahaan besar. 

Di sisi lain, Podman Desktop hadir sebagai alternatif open-source dengan fungsi serupa, sehingga lebih fleksibel dari sisi biaya.

#5. Manajemen Lifecycle

Podman mengintegrasikan kontainer dengan systemd di Linux, sehingga cocok untuk mengelola service jangka panjang. Sementara Docker menggunakan daemon untuk mengontrol lifecycle kontainer. 

Dari pengalaman pengguna, Podman memberi opsi lebih fleksibel untuk developer yang terbiasa dengan ekosistem Linux.

#6. Orkestrasi & Kubernetes

Docker punya keunggulan di orkestrasi karena menyediakan Swarm dan dukungan Kubernetes langsung di Docker Desktop. 

Sementara itu, Podman tidak memiliki Swarm, tetapi bisa menghasilkan manifest Kubernetes dari kontainer yang sudah dibuat, sehingga lebih mudah dipindahkan ke cluster produksi.

#7. Performa

Dalam hal runtime, keduanya setara karena sama-sama menggunakan container runtime seperti runc. Namun, Podman biasanya lebih cepat di pipeline CI/CD atau script otomatis karena tidak perlu daemon yang selalu aktif.

#8. Use Case

Podman sering dipilih di lingkungan yang membutuhkan keamanan ekstra, rootless mode, atau integrasi mendalam dengan Linux. Docker lebih populer di kalangan developer karena ekosistem luas, banyak dokumentasi, dan dukungan pihak ketiga. 

Nah, pertanyaan pilih Podman atau Docker? biasanya dijawab dengan mempertimbangkan konteks kebutuhan.

#9. Lisensi

Podman sepenuhnya open-source dengan lisensi Apache 2.0, sehingga bisa digunakan bebas, bahkan di level enterprise. Docker memadukan lisensi open-source untuk Docker Engine dengan model berbayar untuk Docker Desktop pada skala bisnis besar. 

Jadi, jika kamu ingin menjalankan kontainer di hosting VPS, perbedaan lisensi ini bisa jadi bahan pertimbangan strategis.

Tabel Perbandingan Podman vs Docker

podman atau docker

Setelah memahami perbedaan detail antara Podman vs Docker, sekarang mari kita ringkas seluruh aspek penting tersebut dalam tabel sederhana.

FiturPodmanDocker
ArsitekturDaemonlessDaemon-based
KeamananRootless defaultRootless opsional
Image BuildingBuildahBuildKit
DesktopPodman Desktop (gratis)Docker Desktop (lisensi terbatas)
LifecycleSystemd integrationDocker Daemon
OrkestrasiManifest KubernetesDocker Swarm + Compose
PerformaRingan, cepat di CI/CDStabil, populer
LisensiOpen SourceOpen Source + Proprietary

Mana yang Lebih Bagus, Podman atau Docker?

Kalau kamu masih bingung memilih Podman atau Docker, jawabannya tergantung kebutuhan. Jika kamu mengutamakan keamanan, rootless container, dan integrasi systemd, Podman bisa jadi pilihan lebih baik. 

Sebaliknya, jika kamu ingin kemudahan penggunaan, ekosistem luas, dan dukungan komunitas besar, Docker masih unggul.

Faktanya, banyak developer menggunakan keduanya secara berdampingan. Docker untuk tahap development karena simpel, lalu Podman untuk deployment yang lebih aman dan terintegrasi dengan sistem.

Kesimpulan

Baik Podman atau Docker, keduanya adalah tools kontainerisasi yang kuat dengan kelebihan masing-masing. Sebenarnya, tidak ada jawaban mutlak mana yang harus kamu pilih, karena kamu tetap perlu melainkan menyesuaikan kebutuhan project dan skala tim kamu.

Kalau kamu sedang merancang aplikasi berbasis container, jangan lupa bahwa performa container juga dipengaruhi oleh infrastruktur server. 

Untuk itu, gunakan layanan hosting VPS yang handal. IDwebhost siap mendukung kebutuhanmu dengan paket VPS Murah yang optimal untuk berbagai skala bisnis. 

Yuk, mulai wujudkan project container-mu bersama IDwebhost!