Apa Itu Reseller? Begini Cara Menjadi Reseller!
Pernah mendengar tentang apa itu reseller? Model bisnis reseller telah menjadi alternatif bisnis populer bagi banyak orang untuk memulai usaha tanpa harus membuat produk sendiri.
Di era digital ini, dengan berkembangnya e-commerce, bisnis reseller semakin mudah diakses dan banyak diminati. Tapi apa sebenarnya reseller itu dan bagaimana cara menjadi seorang reseller? Mari kita bahas satu per satu.
Contents
Apa Itu Reseller?
Istilah reseller berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua kata, yaitu “re-” yang berarti “kembali” atau “berulang”, dan “seller” yang berarti “penjual”. Jadi, secara sederhana, reseller adalah seseorang yang menjual kembali produk yang diperoleh dari pihak lain, seperti produsen atau pemasok.
Namun, jika dilihat lebih rinci, reseller adalah unit usaha atau individu yang membeli barang dari produsen, distributor, atau pemasok untuk dijual kembali kepada konsumen akhir.
Tidak hanya individu, bisnis reseller juga bisa dilakukan oleh perusahaan yang membeli produk dari berbagai pemasok untuk dijual kembali dalam skala yang lebih besar.
Cara Menjadi Reseller
Jika kamu tertarik untuk menjadi reseller, ada beberapa langkah yang perlu diikuti untuk memulai. Berikut adalah panduan langkah-langkah untuk sukses sebagai reseller:
#1. Tentukan Produk yang Akan Dijual
Pertama-tama, kamu harus menentukan terlebih dulu produk apa yang akan kamu jual. Pastikan produk tersebut kamu pahami dan memiliki permintaan di pasar. Produk dengan permintaan tinggi akan lebih mudah dijual. Mulailah dengan meneliti tren pasar dan kebutuhan konsumen. Selain itu, pilihlah produk yang kamu sukai agar lebih mudah dalam memasarkan.
#2. Temukan Pemasok atau Distributor yang Terpercaya
Setelah menentukan produk, cari pemasok atau distributor yang menyediakan produk tersebut. Pilihlah pemasok yang menawarkan harga kompetitif dan memiliki kualitas baik. Lakukan riset dengan membaca ulasan dari reseller lain atau mencoba produk sebelum menjalin kerja sama.
#3. Tentukan Modal Awal
Sebagai reseller, kamu perlu menyiapkan modal untuk membeli produk dalam jumlah tertentu. Besaran modal ini tergantung pada produk yang dipilih dan kebijakan dari pemasok. Beberapa pemasok mengharuskan pembelian minimum, jadi pastikan untuk menyiapkan anggaran yang sesuai.
#4. Buat Rencana Bisnis
Rencana bisnis yang baik penting untuk mengarahkan usaha kamu. Rencana ini mencakup strategi pemasaran, penetapan harga, dan target pasar. Misalnya, jika kamu menjual produk fashion, fokuslah pada anak muda dengan harga yang kompetitif. Rencana yang realistis akan memudahkan pengukuran kesuksesan.
#5. Promosikan Produk
Setelah memiliki produk dan rencana bisnis, langkah berikutnya adalah memasarkan produkmu. Gunakan platform seperti media sosial, marketplace, atau buat website sendiri untuk memperluas jangkauan. Manfaatkan fitur iklan di media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk mencapai audiens yang lebih luas. Buat konten menarik agar produkmu terlihat lebih menarik bagi calon konsumen.
#6. Kelola Layanan Pelanggan dengan Baik
Memberikan layanan pelanggan yang baik sangat penting untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan. Pastikan kamu responsif terhadap pertanyaan dan keluhan konsumen, serta memberikan solusi yang memuaskan. Kepuasan pelanggan dapat membantu mendapatkan pelanggan loyal yang merekomendasikan bisnismu.
#7. Evaluasi dan Tingkatkan Strategi
Setelah beberapa waktu menjalankan bisnis, lakukan evaluasi berkala. Tinjau penjualan, strategi pemasaran, dan kepuasan pelanggan. Dari hasil evaluasi ini, tentukan apa yang perlu diperbaiki dan bagaimana meningkatkan penjualan serta kualitas layanan.
Sistem Kerja Reseller
Sistem kerja reseller sebenarnya cukup sederhana, tetapi bisa sangat efektif untuk menjalankan bisnis, baik secara online maupun offline. Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana sistem kerja seorang reseller:
#1. Membeli Produk dari Supplier
Reseller memulai dengan membeli produk dari supplier atau produsen dalam jumlah besar. Biasanya, produk dibeli dengan harga grosir atau diskon, yang memberi mereka margin keuntungan saat produk dijual kembali. Reseller harus mencari supplier tepercaya untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga.
#2. Menyimpan Stok Produk
Berbeda dengan dropshipper, reseller harus menyimpan stok produk secara mandiri. Ini berarti mereka harus mengelola inventaris, memastikan produk selalu tersedia, dan menghindari kehabisan stok. Namun, menyimpan terlalu banyak stok juga bisa menjadi risiko, karena produk bisa jadi tak laku atau rusak.
#3. Menjual Produk ke Konsumen
Reseller kemudian menjual produk kepada konsumen melalui berbagai platform seperti website, marketplace, atau toko fisik. Mereka memiliki kendali penuh atas harga jual, yang bisa disesuaikan dengan target pasar dan keuntungan yang ingin diperoleh. Semakin efektif cara penjualannya, semakin cepat produk terjual.
#4. Promosi dan Pemasaran
Untuk meningkatkan penjualan, reseller harus aktif melakukan promosi dan pemasaran. Hal ini bisa dilakukan melalui iklan di media sosial, kampanye online, atau diskon khusus. Strategi pemasaran yang tepat akan membantu reseller menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan daya tarik produk.
#5. Pengiriman dan Layanan Pelanggan
Setelah transaksi berhasil, reseller mengemas dan mengirim produk kepada pelanggan. Mereka juga bertanggung jawab untuk menjaga komunikasi dengan pelanggan, mengatasi keluhan, serta memastikan pelayanan yang baik untuk mempertahankan reputasi bisnis.
#6. Keuntungan dari Selisih Harga
Reseller mendapatkan keuntungan dari selisih antara harga beli dari supplier dan harga jual ke konsumen. Semakin besar selisihnya, semakin besar pula keuntungan yang diperoleh, tetapi tetap harus kompetitif agar produk menarik bagi konsumen.
Perbedaan Reseller dan Dropship
Meskipun reseller dan dropship terlihat mirip, terdapat beberapa perbedaan penting yang perlu dipahami:
#1. Modal Awal
Reseller memerlukan modal untuk membeli dan menyimpan stok produk, sedangkan dropship tidak memerlukan modal awal yang besar karena hanya menjalin kerja sama dengan pemasok yang mengirimkan barang langsung ke pelanggan.
#2. Pengelolaan Stok
Reseller bertanggung jawab atas manajemen stok, termasuk menyimpan dan mengawasi kualitas produk. Sebaliknya, dropship tidak menyimpan stok, sehingga operasional lebih sederhana, tetapi kontrol terhadap kualitas barang yang dikirim lebih rendah.
#3. Risiko
Reseller menghadapi risiko produk tidak terjual atau rusak, sementara dropship memiliki risiko lebih kecil karena tidak menyimpan stok, sehingga tidak khawatir tentang barang yang tidak laku.
#4. Keuntungan
Keuntungan reseller biasanya lebih besar karena dapat membeli produk dengan harga grosir dan menetapkan harga jual sendiri. Dropship, di sisi lain, cenderung memiliki margin lebih kecil karena pemasok menetapkan harga yang lebih ketat.
#5. Waktu Pengiriman
Reseller dapat mengirim produk lebih cepat karena menyimpan stok, sementara dropship bergantung pada pemasok, sehingga waktu pengiriman bisa lebih lama dan kurang dapat diprediksi.
Baca Juga: Churn Rate adalah: Cara Menghitung dan Cara Menguranginya
Kesimpulan
Menjadi reseller adalah pilihan bisnis yang menarik bagi banyak orang, terutama di era digital saat ini. Dengan memahami konsep reseller, sistem kerjanya, serta perbedaannya dengan dropship, kamu bisa lebih mudah menentukan langkah yang tepat untuk memulai usaha.
Bicara soal reseller dan bisnis, kamu harus tahu bahwa kamu bisa membeli nama domain untuk website bisnismu melalui Reseller Domain, registrar domain Indonesia yang dipercaya oleh PANDI sebagai mitra sejak 2013 silam.
Member since 23 Aug 2024