Top Level Domain (TLD) dan Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Sebuah Website

7 Okt 2016
Top Level Domain (TLD) dan Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Sebuah Website campaign-unlimited

Top Level Domain (TLD) mungkin merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi para webmaster. Jika kita adalah seorang web user yang selalu up-to-date, akhir-akhir ini kita akan melihat banyak jenis baru dari nama top level domain seperti .jobs, .photo, .cafe, .xyz, dan masih banyak lagi. Daftar dari ekstensi domain baru ini telah diatur oleh Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN), organisasi non-profit yang bertanggung jawab untuk koordinasi nama domain di seluruh dunia. Dalam artikel kali ini, kita akan mencoba menelusuri mengapa nama-nama domain baru tersebut dibuat, bagaimana mereka akan mengubah website kita nantinya dan apakah layak untuk kita gunakan dalam website kita?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, sebelumnya mari kita membiasakan diri terlebih dahulu dengan istilah yang sering digunakan dalam top level domain agar mempermudah penjelasan. Tiga istilah yang paling sering digunakan tersebut adalah :

  1. Country-Code Top level domains (ccTLD). Adalah top level domain yang terikat ke negara-negara tertentu seperti .uk untuk Inggris, atau .in untuk India.
  2. Generic Top level domain (gTLD). Adalah top level domain yang digunakan untuk tujuan umum, seperti .com, .info, .net dan .org.
  3. Sponsored Top level domain (sTLD). Adalah top level domain yang mewakili organisasi profesional tertentu, seperti .edu untuk institusi sekolah di Amerika Serikat, .mil untuk situs militer AS, atau .gov untuk pemerintah AS. Domain ini tidak bisa digunakan oleh masyarakat umum. Pendaftar harus membuktikan kelayakannya terlebih dahulu jika mereka ingin menggunakan sTLD.

Mengingat kita tidak bisa menggunakan sTLD untuk website kita, maka pilihan yang memungkinkan untuk digunakan hanyalah gTLD atau ccTLD. Jika sasaran kita pengguna di suatu negara tertentu, kita bisa memilih opsi ccTLD. Sedangkan jika kita berniat untuk menargetkan pengguna di seluruh dunia, maka opsi gTLD adalah pilihannya. Khusus untuk gTLD, baru-baru ini mulai berkembang ke domain yang lebih spesifik dengan suatu nama daerah dalam suatu negara, misalnya .scot, .london atau .madrid yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Geographic Top level domain (GeoTLD).

Menurut data yang dihimpun oleh nTLDStats, saat ini ada lebih dari 8,3 juta gTLD baru yang terdaftar, meskipun 65,95 persennya merupakan domain yang tidak ada kontennya. Ada dua kemungkinan alasan dibalik fenomena ini. Bisa jadi karena suatu brand membeli domain baru terlebih dahulu baru digunakan belakangan, atau orang-orang ingin mencari keuntungan dengan menjual domain tersebut. Kita saat ini dapat memilih sekitar 769 gTLD baru yang tersedia namun masih ada lebih dari sekitar 200 gTLD yang masih ada dalam waiting list. Seperti yang paling populer adalah .xyz, .top, .club, .win, .party dan .top. Perluasan dari gTLD ini ternyata tidak hanya soal teknologi semata, melainkan juga menceritakan banyak tentang aspek di masyarakat serta bisnis yang kita jalankan. Ada banyak situs yang menargetkan pengguna di tingkat global maupun masyarakat lokal saja. Top level domain sendiri tentunya sangat berguna, tetapi belum tentu cocok bagi setiap orang. Di sini kita kita tidak hanya berbicara mengenai situs global seperti facebook.com atau twitter.com, tetapi juga berbicara mengenai website yang menargetkan suatu ceruk pasar tertentu daripada sebuah lokasi geografis, seperti .photography, .jobs, atau .pub.

Apakah Anda pernah mencoba untuk menemukan domain dengan ekstensi .com yang layak untuk sebuah situs baru?. Dalam kebanyakan kasus, saat ini hal tersebut merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit, karena hampir semuanya telah dipakai. Sedangkan di sisi lain, situs dengan ekstensi .com seperti sudah menancap kuat di pikiran banyak orang, karena apabila mereka ingin berselancar di internet, biasanya mereka secara otomatis akan menambahkan ekstensi .com pada alamat yang dituju. Fenomena yang terjadi saat ini adalah semakin langkanya mencari dari gTLD lama seperti .com dan kurangnya pemahaman mengenai gTLD yang baru. Semua semata karena semakin banyaknya permintaan terhadap domain tersebut. Analogi sederhananya sama seperti nomor handphone. Dulu, ketika handphone masih dianggap sebagai barang mewah, nomor handphone dengan jumlah sebelas, bahkan sepuluh digit masih banyak dijumpai. Namun, sekarang karena hampir semua orang menggunakan handphone, permintaan terhadap nomor handphone pun semakin banyak. Akibatnya variasi nomor dengan jumlah sepuluh dan sebelas digit pun tidak bisa lagi memenuhi, sehingga solusinya adalah dengan penggunaan sistem baru dua belas digit.

Dilihat dari kacamata search engine optimization (SEO), gTLD baru ini sebenarnya tidak akan membuat perbedaan yang signifikan. Seperti yang disampaikan oleh Matt Cutts, juru bicara Google, bahwa Google akan mencoba untuk meranking TLD baru secara tepat.  Sayangnya, TLD baru yang ada ini tidak serta merta menjamin akan langsung mendapatkan preferensi lebih awal jika dibandingkan TLD lama seperti .com. Memilih nama domain yang tepat tidak hanya menyangkut urusan teknis, namun juga persoalan bisnis. Lalu kesimpulannya, kapan suatu gTLD baru dapat benar-benar dikatakan berhasil atau gagal? Suatu gTLD baru dapat menjadi sangat baik jika kita bisa memainkan kreativitas kita, karena kita dapat menemui beberapa nama domain yang cukup unik, misalnya .fail yang bisa digunakan untuk sarana promosi bahkan kritik. Apakah kemudian top level domain baru yang kita pilih ini bisa dengan mudah menempel di kepala masyarakat? Sekali lagi, itu semua tergantung dari kreativitas kita masing-masing.

Penulis
Member since 2 Jul 2013