Pretexting adalah: Teknik, Contoh, dan Cara Mencegahnya
Pretexting adalah salah satu teknik dalam social engineering yang digunakan oleh pelaku kejahatan untuk mendapatkan akses ke informasi sensitif.
Artikel ini akan memberikanmu pengetahuan tentang apa itu pretexting, teknik yang digunakan, contoh kasus yang pernah terjadi, dan langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk melindungi diri dari serangan ini.
Contents
- 1 Pretexting adalah
- 2 Teknik Umum dalam Pretexting
- 3 Contoh Nyata Pretexting
- 3.1 1. Skandal Pretexting Hewlett-Packard (HP) 2006
- 3.2 2. Penipuan Ubiquiti Networks 2015
- 3.3 3. Pengambilalihan Akun Twitter 2020
- 3.4 Cara Melindungi Diri dan Organisasi dari Pretexting
- 3.5 1. Verifikasi Identitas
- 3.6 2. Periksa Pretext dengan Cermat
- 3.7 3. Edukasi Karyawan
- 3.8 4. Gunakan Kebijakan Keamanan yang Ketat
- 3.9 5. Tingkatkan Sistem Keamanan Teknologi
- 3.10 6. Waspadai Teknik Rekayasa Sosial
- 3.11 7. Laporkan Insiden Segera
- 4 Mengapa Pretexting Berbahaya?
- 5 Kesimpulan
Pretexting adalah
Pretexting adalah sebuah metode manipulasi psikologis yang dilakukan oleh penyerang dengan menciptakan cerita palsu (pretext) untuk membangun kepercayaan korban.
Tujuan utama dari pretexting adalah untuk mendapatkan informasi pribadi, data sensitif, atau akses tertentu, baik itu melalui interaksi langsung maupun tidak langsung.
Pelaku sering kali berpura-pura menjadi seseorang yang memiliki wewenang atau otoritas untuk meminta informasi yang mereka butuhkan.
Contohnya, seorang penyerang bisa saja berpura-pura menjadi pegawai IT yang membutuhkan akses ke sistem perusahaan.
Dengan menggunakan cerita yang meyakinkan serta bukti palsu seperti kartu identitas, mereka dapat mengelabui korban tanpa menimbulkan kecurigaan.
Berbeda dengan metode seperti phishing yang lebih terbuka dan langsung, pretexting lebih sering digunakan untuk mempersiapkan serangan lanjutan. Oleh karena itu, pelaku perlu memiliki kemampuan psikologis yang baik untuk meyakinkan korban.
Teknik ini sangat berbahaya karena kepercayaannya dibangun di atas kebohongan yang tampak sah, membuat korban merasa aman saat memberikan informasi atau akses yang seharusnya tidak mereka berikan.
Baca Juga: Smishing adalah: Apa Itu, Contoh, dan Cara Menghindarinya
Teknik Umum dalam Pretexting
Untuk membuat skenario lebih meyakinkan, penyerang sering kali menggunakan berbagai teknik. Berikut adalah beberapa teknik yang sering digunakan dalam pretexting:
1. Impersonation (Penyamaran)
Pelaku berpura-pura menjadi orang yang dikenal atau dipercaya oleh korban, seperti rekan kerja, teman, atau bahkan pelanggan. Mereka biasanya menggunakan nomor telepon atau email palsu untuk mendukung penyamaran ini.
2. Tailgating
Dalam teknik ini, penyerang berusaha masuk ke fasilitas fisik dengan mengikuti orang yang memiliki akses sah. Misalnya, penyerang berpura-pura membawa banyak barang agar orang lain merasa kasihan dan membuka pintu untuknya.
3. Piggybacking
Berbeda dengan tailgating, piggybacking melibatkan izin langsung dari seseorang yang memiliki akses. Pelaku mengaku lupa membawa kartu identitas atau akses dan meminta bantuan orang lain untuk membukakan pintu atau akses yang mereka butuhkan.
4. Baiting
Dalam teknik baiting, penyerang meninggalkan perangkat seperti flash drive yang terinfeksi malware di tempat umum. Ketika korban penasaran dan memasukkan perangkat tersebut ke komputer mereka, penyerang mendapatkan akses ke sistem korban.
4. Vishing (Voice Phishing)
Teknik ini melibatkan panggilan telepon di mana penyerang menyamar sebagai pihak berwenang, seperti petugas pajak atau bank, untuk mendapatkan informasi pribadi atau data sensitif.
5. Scareware
Dalam scareware, penyerang menakut-nakuti korban dengan pesan palsu tentang ancaman keamanan, seperti virus pada komputer. Mereka kemudian menawarkan solusi berupa perangkat lunak yang ternyata adalah malware.
Contoh Nyata Pretexting
Berikut adalah beberapa contoh nyata pretexting yang dapat membantu kamu lebih memahami bagaimana teknik ini bekerja:
1. Skandal Pretexting Hewlett-Packard (HP) 2006
HP pernah terlibat dalam sebuah skandal besar pada tahun 2006, ketika mereka mempekerjakan penyelidik untuk menyamar sebagai anggota dewan perusahaan dan jurnalis.
Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan akses ke catatan telepon internal perusahaan. Kejadian ini membuka mata banyak orang tentang betapa bahayanya pretexting dalam melanggar privasi seseorang.
Akibatnya, aturan di Amerika Serikat diperketat untuk mencegah penggunaan taktik seperti ini dalam memperoleh informasi pribadi.
2. Penipuan Ubiquiti Networks 2015
Dalam kasus ini, para penipu menyamar sebagai eksekutif perusahaan Ubiquiti Networks dan menghubungi karyawan mereka.
Mereka meminta karyawan untuk mentransfer dana ke rekening yang sudah disiapkan oleh penyerang.
Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian hingga 46,7 juta dolar AS. Kasus ini menunjukkan betapa berbahayanya pretexting dalam dunia bisnis dan seberapa besar kerugian yang bisa ditimbulkan oleh serangan seperti ini.
3. Pengambilalihan Akun Twitter 2020
Pada tahun 2020, sebuah kelompok penyerang berhasil mengakses akun-akun media sosial terkenal, seperti milik Barack Obama dan Kanye West, melalui kombinasi teknik pretexting dan phishing.
Penyerang menipu karyawan Twitter untuk memberikan kredensial akun mereka. Kejadian ini membuktikan bahwa pretexting tidak hanya berbahaya bagi individu, tetapi juga bisa mengancam keamanan akun-akun berpengaruh di dunia maya.
Cara Melindungi Diri dan Organisasi dari Pretexting
Agar kamu tidak menjadi korban pretexting, penting untuk memahami langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan.
Berikut adalah beberapa cara untuk melindungi diri dan organisasi dari serangan pretexting:
1. Verifikasi Identitas
Selalu pastikan identitas orang yang berinteraksi denganmu, apalagi jika mereka meminta informasi sensitif. Kamu bisa menghubungi pihak terkait secara langsung untuk memastikan kebenaran klaim mereka sebelum memberikan informasi apapun.
2. Periksa Pretext dengan Cermat
Jangan langsung percaya dengan cerita yang diberikan oleh seseorang, terutama jika terasa tidak masuk akal atau ada hal yang mencurigakan. Jika kamu merasa ragu, laporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang atau tim keamanan.
3. Edukasi Karyawan
Jika kamu bekerja di sebuah organisasi, pastikan karyawanmu mendapat pelatihan tentang ancaman pretexting. Dengan pemahaman yang baik, mereka bisa lebih waspada dan mengenali tanda-tanda serangan ini.
4. Gunakan Kebijakan Keamanan yang Ketat
Pastikan ada kebijakan yang jelas di tempat kerjamu mengenai akses dan verifikasi identitas. Protokol keamanan yang ketat bisa mengurangi peluang penyerang untuk melakukan pretexting.
5. Tingkatkan Sistem Keamanan Teknologi
Teknologi juga bisa membantu dalam melawan pretexting, misalnya dengan menggunakan sistem two factor authentication (2FA) atau teknik keamanan email seperti DMARC untuk mencegah email palsu.
6. Waspadai Teknik Rekayasa Sosial
Penyerang sering memanfaatkan sifat baik korban, seperti rasa ingin membantu orang yang terlihat membutuhkan. Karenanya, meskipun kamu punya niat baik, tetap lah waspada dan jangan mudah percaya pada orang tidak dikenal.
7. Laporkan Insiden Segera
Jika kamu merasa telah menjadi korban pretexting, segera laporkan kejadian tersebut agar bisa diambil langkah pencegahan lebih lanjut untuk menghindari kerugian lebih besar.
Mengapa Pretexting Berbahaya?
Pretexting berbahaya karena penyerang mengeksploitasi kelemahan manusia, bukan hanya teknologi. Meski sistem keamanan semakin canggih, sifat manusia yang mudah percaya sering kali menjadi celah yang dimanfaatkan oleh penyerang.
Selain itu, serangan ini sulit dikenali karena seringkali tampak seperti interaksi biasa yang tidak mencurigakan.
Penyerang biasanya memanfaatkan emosi, seperti tekanan atau rasa takut, untuk memperlancar aksinya. Oleh karena itu, kewaspadaan dan pelatihan yang tepat sangat penting agar kita tidak terjebak dalam taktik manipulasi ini.
Baca Juga: Lumma Stealer: Waspada Serangan Malware Lewat CAPTCHA Palsu
Kesimpulan
Pretexting adalah ancaman yang harus kamu waspadai, baik secara pribadi maupun di tingkat organisasi.
Dengan mengenali teknik-teknik yang digunakan dan memahami langkah-langkah perlindungan yang tepat, kamu bisa mengurangi risiko menjadi korban pretexting.
Ingat, meskipun teknologi memiliki peran penting dalam menjaga keamanan informasi, kesadaran dan kewaspadaan manusia tetap menjadi kunci utama.
Di sisi lain, jika kamu memiliki website bisnis atau layanan online, pastikan keamanannya terjaga dengan baik. Pilih layanan hosting yang terpercaya, seperti yang ditawarkan oleh IDwebhost, agar aset digitalmu terlindungi dari berbagai ancaman siber.
Selain itu, jangan ragu untuk melakukan langkah-langkah preventif agar keamanan informasi selalu terjaga.
Member since 23 Aug 2024